"Mas, tolong bukakan pintunya mas !....." teriak lantang laki-laki berpakaian APD lengkap, dari balik celah sebuah pintu besi berwarna merah, sambil menggedor pintu agar terdengar orang yang diminta tolong, disusul permintaan serupa dua orang yang juga berpakaian APD. Didik seorang cleaning service yang dimaksud untuk membukakan pintu saat itu sedang menyapu sebuah lorong lantai 5 Ruang Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Temanggung yang selama ini dijadikan ruang isolasi untuk pasien COVID-19.
Mendengar permintaan itu, dia pun menoleh dan bergegas menggapai kunci di gantungan untuk membuka gembok, sebab orang berpakaian APD dan menenteng sebuah kamera itu sudah tampak kegerahan dengan nafas tersengal-sengal menahan panas. Setelah pintu terbuka, orang itu pun mengucapkan terimakasih sembari mengungkapkan rasa leganya karena sudah tidak tahan memakai APD. Rupanya dia adalah seorang wartawan dan dua perawat yang baru saja mengambil gambar aktivitas senam aerobik para pasien corona di area rooftop lantai 7 RSUD Temanggung, Sabtu (16/5/2020).
Hendra Purnama, salah satu perawat yang menginisiasi para pasien corona untuk mengikuti senam aerobik ini menuturkan, sudah hampir 3 bulan lamanya merawat pasien-pasien COVID-19. Untuk senam dipimpin seorang instruktur yang kebetulan dari bagian farmasi bernama Farida Agustina, didukung perawat lain Mila, Adit, seorang satpam bernama Azis dan dari cleaning servis Eko. Pejuang kesehatan ini dengan luwesnya membimbing pasien-pasien untuk berjoget dengan membangun suasana gembira di bawah teriknya sinar matahari.
"Sudah berjalan hampir 3 bulan ini kami merawat pasien-pasien COVID-19 di Kabupaten Temanggung, alhamdulillah selama perjalanan ini kita tetap diberi semangat, tetap sehat optimis pasien-pasien ini akan sembuh dan Temanggung bebas corona. Kalau rasa takut pasti ada manusiawi, wajar kalau takut karena kita juga manusia. Tapi terus update ilmu bagaimana menangani pasien dengan aman, harapannya pasien sehat, petugasnya juga selamat," katanya, Senin (18/5/2020).
RSUD Temanggung membuat sebuah terobosan dalam menangani para pasien COVID-19, agar tidak terlalu jenuh kalau harus di dalam kamar isolasi terus. Upaya maksimal ini dilakukan oleh para dokter, perawat, yang dibantu semua elemen di rumah sakit, termasuk dari farmasi, cleaning servis, hingga satpam. Perjuangan mereka hanya dengan satu tujuan, yakni untuk kesembuhan pasien corona.
Direktur RSUD Temanggung, Tetty Kurniawati mengatakan, ada 210 orang di rumah sakit yang dia pimpin untuk menangani pasien COVID-19. Terdiri dari dokter spesialis paru, dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis anak, dokter THT, dokter patologi klinis, dokter radiologi, dan dokter umum. Tentu saja melibatkan perawat, cleaning servis, dan lain-lain. Tak mudah bagi Tetty untuk menahkodai kapal ini, karena selain harus memberi semangat kepada pasien dia juga harus menguatkan kolega-koleganya lahir dan batin.
"Cemas itu sudah pasti ada baik dari petugas kesehatan maupun keluarganya. Untuk petugas di RSUD, ada rapid test berkala, disediakan asrama, kita sering komunikasi dan kita suport juga dengan pemberian suplemen, makanan minuman bergizi, dan tambahan hari libur supaya kondisi tubuh benar-benar fit sehingga tidak mudah terkena infeksi. Ini risiko profesi yang mau tidak mau melekat pada tenaga kesehatan. Terpenting saat ini adalah bagaimana caranya agar pandemi ini cepat berakhir, maka semua pihak harus mematuhi protokol kesehatan," katanya.
Sementara itu, ditemui di bangsal isolasi khusus pasien COVID-19, dokter Lusiana Susilo Utami, yang merupakan dokter spesialis paru-paru mengaku intensitas bertemu dengan pasien-pasien corona cukup tinggi. Hal itu merupakan bagian dari pengabdiannya semenjak mengucapkan Sumpah Hipokrates, sebagai permata sejati kemanusiaan, saat dilantik menjadi seorang dokter. Di satu sisi sebagai ibu dari Alif (2), putranya jika menempatkan diri sebagai sosok ibu tentu dia merasa berat karena intensitas kebersamaan dengan buah hatinya menjadi terbatas dan sebaliknya tak mungkin dihindari jika pulang ke rumah yang tentunya akan menjadi stresor psikisnya.
"Rasanya campur aduk, ada kasihan dengan pasien, buat saya sendiri ada kecemasan, kadang merasa tertantang untuk membuat mereka bisa kembali berinteraksi dengan keluarganya, bersama masyarakat lagi seperti sebelumnya. Tapi secara pribadi saya ada kekhawatiran memang iya karena juga punya anak balita, dan tidak bisa social distancing dengan anak jadi rasanya berat. Ketika pulang pun untuk mendekat kepada keluarga juga khawatir, saya berusaha semaksimal mungkin
mencegah untuk tidak membawa virus itu ke rumah, semua saya serahkan dan tawakal kepada Allah," katanya.
SM (72), perempuan sepuh asal Kecamatan Temanggung, salah satu pasien Lusi, yang sembuh dari corona mengaku saat pertama kali diberitahu dirinya positif COVID-19 merasa shock. Air matanya tumpah dan langit seakan mau runtuh. Namun kata-kata penyemangat dari dokter Lusi ternyata menjadi semacam "booster" bagi nenek SM untuk sembuh.
"Waktu dikasih tahu positif saya nangis, namun, perlahan dokter yang memeriksa memberikan semangat, dokter Lusi namanya. Dari penuturan dokter itu pula kemudian tumbuh semangat saya untuk kembali sehat dan tentunya dukungan keluarga, baik anak maupun cucu," katanya.
Para petugas kesehatan ini tak butuh sanjungan tapi saat ini ingin masyarakat mematuhi segala protokol kesehatan agar tidak semakin banyak orang terpapar corona, dan supaya pandemi ini cepat berlalu. Perjuangan mati-matian mereka yang penuh risiko, hingga mengorbankan waktu untuk diri dan keluarga terasa sia-sia jika masyarakat masih abai dengan corona. Sepele dan ngeyel untuk beraktivitas tanpa memperhatikan social distancing dan social phsycal, hingga kini memunculkan kekecewaan yang menjadi trending topic "Indonesia Terserah Suka-Suka Kalian Saja".(ari)