Transcranial Magnetic Stimulation (TMS) adalah saiah satu alat bidang Neurofisiologi yang dapat digunakan dalam membantu diagnosis gangguan saraf maupun digunakan dalam terapi/pengobatan gangguan saraf, baik gangguan fungsi saraf pusat maupun saraf tepi. TMS berguna meningkatkan aktivitas sel yang tidak begitu aktif melalui peningkatan kerja neurotransmiter, yaitu suatu zat penghantar padajalur sel-sel saraf. Terapi TMS dilakukan dengan rnemberikan gelombang elektromagnetik frekuensi rendah
atau frekuensi tinggi untuk memberikan efek inhibisi/hambatan pada saraf yang terlalu aktif ataupun menga ktivasi sel-sel yang kurang aktif. "Prinsipnya adaiah menyeirnbangkan kerja sel saraf", imbuhnya.
TMS Adalah Terapi Lanjutan.
TMS adalah terapi tambahan, bukan pengganti obat pada tatalaksana gangguan saraf. Pasien dengan gangguan sistern saraf tetap diberikan pengobatan sesuai standar setelah itu dapat diberikan terapi TMS untuk menunjang atau mempercepat proses penyembuhan.
Persiapan Sebelurn Terapi TMS.
Beberapa persiapan perlu dilakukan sebelum penggunaan TMS, seperti pemeriksaan klinis, pemeriksaan neurobehavior, penelusuran riwayat kejang, ada tidaknya metal atau logam pada otak,serta skrining fungsi sel saraf otak. Pada pasien dengan riwayat kejang atau epilepsi, dapat dilakukan pemeriksaan EEG. Dari pemeriksaan EEG dapat diketahui apakah terdapat fokus epileptikus. Dengan ditemukannya fokus epileptikus pada pemeriksaan EEG dapat membantu untuk menentukan dosis TMS yang sesuai. Penggunaan TMS pada pasien epilepsi harus lebih hati-hati karena stimulasi yang berlebihan dapat memicu terjadinya kejang. Namun dengan pemberian dosis TMS yang tepat yaitu frekuensi rendah dapat membantu mengurangi kejadian frekuensi kejang pada kasus-kasus yang tidak dapat diatasi dengan obat rnaupun operasi. "Inilah pentingnya persiapan sebelurnTMS, salah satunya menggunakan EEG", tegas dokter yang telah hampir 3 tahun menggunakan TMS untuk terapi pasien.
TMS ini tidak dapat dilakukan pada orang yang mempunyai benda logam di otaknya karena prinsip kerja TMS ini adalah menggunakan meclan magnet- Namun bila benda logam tersebut berada di Iuar kepala seperti pada pasien yang menggunakan kawat gigi, TMS masih bisa di lakukan.
Pemeriksaan fungsi saraf otak bertujuan untuk memastikan bahwa pasien yang akan dilakukan TMS adalah pasien yang mengalami gangguan sistem sarafserta dapat menjadi acuan dalam pemberian dosisTMS.
Untuk mengetahui fungsi saraf otak dapat menggunakan EEG, EMG/EP/ MEP, CT scan atau MRI. Sebelum diterapi pasien biasa nya juga akan diminta untuk menandatangani informed consent apabila dia setuju untuk dilakukan terapi TMS.